Wednesday, December 15, 2010

kembang jakarta

jakarta is a melting pot.

bapak saya kelahiran jakarta, saya pun kelahiran jakarta, tapi saya masih aja bingung kalo ditanya, apalagi kalau pertanyaan merujuk pada referensi asal muasal suku,

"kamu orang jakarta?"

orang jakarta itu yang bagaimana ya?

setelah banyak ngobrol sama bapak dan kakak-kakaknya bapak yang pakde semua, apa yang selama ini saya percaya mendapat afirmasi.

jakarta, kalau dilihat sebagai sebuah "suku" memang aneh sih,
karena tidak ada "suku jakarta".

jakarta is a melting pot.

dulunya kota Jakarta adalah daerah pelabuhan Sunda Kelapa. yang namanya pelabuhan, apalagi jaman dulu, pastinya daerah ini menjadi pusat perdagangan yang artinya juga sebagai pusat keramaian. pada akhirnya banyak orang dan berbagai macam suku, ras, agama, kepentingan, apapun lah, tinggal di mari.

arab, gujarat, belanda, portugis, persia, cina, bugis, makasar, jawa, cirebon, orang-orang daerah pesisir...
wah..
nano nano.

***

tadinya niat saya pulang ke Jakarta adalah untuk bersantai-santai, sambil ngobrol sepuasnya dengan bapak ibu. tapi ternyata Ibu saya punya rencana lain. ibu meminta saya menari di acara kantornya, tapi menari tarian betawi.

jeng jeng! saya blum pernah belajar tarian betawi.

tadinya saya sudah menolak, karena harus belajar, berlatih, dan menghafalkan gerakan tarian baru dalam hitungan hari.
tapi saya urung menolak.
soalnya dulu waktu saya kecil saya sering ngerjain ibu sampe capek. beliau juga ga pernah protes dan menolak melahirkan dan merawat saya. padahal waktu kecil saya makan nya susah, suka milih.
kena radang tenggorokan akut sampai suka sakit telinga yang bikin beliau ga tidur semaleman karena saya rewel dan nangis sepanjang malam.
sulit sepertinya membesarkan tipe anak macam itu.
tapi toh saya sehat sampai sekarang. pasti karena ibu. yaaa, walaupun beliau suka ga sabar dan memilih mencekoki saya dengan menjejalkan temu lawak dan temu giring supaya saya doyan makan dibanding belajar masak yang enak-enak buat saya :p

akhirnya, saya menelfon Tante Yeni, minta diajari tarian betawi.
bagaikan acara reality show Jamie Aditya jaman dulu, "Sink or Swim" saya mendapatkan tantangan untuk menghafal gerakan tarian dalam 2 hari.

tarian itu bernama Kembang Jakarta.
saya hanya menyajikan sepertiga dari keseluruhan tarian, untuk saya pentaskan.

lucu deh.

irama musik tarian betawi itu ya,
gambang kromong nya terasa sekali.
ada juga rebab.
pengaruh dari cina.

dan pakaiannya.

PAKAIAN NYA, sodara sodara..
H E B O H dot com.
khahahaha.
festive sekali :]
heboh tapi seru, lucu.
warnanya PINK, KUNING, UNGU, IJO
"nah lu coba aje bayangin noh!", teriakan virtual dari suara khas mPok Nori bergaung.




lalu ada "tirai" penutup kepalanya.
lagi-lagi pengaruh dari cina.


***

penguasa di daerah itu seorang pangeran yang bernama Pangeran Jaketra.
memiliki sebuah keraton, dan berdampingan dangan damai dengan kerajaan Banten.
suatu hari merapatlah sebuah kapal belanda di Angke, kaptennya bernama Kapten Jangkung.
ia meminta izin pada Pangeran Jaketra untuk mendirikan gudang, dan diizinkan.
tidak lama datang kembali meminta izin membangun pagar tinggi karena barang-barang yang dijemur di halamannya sering dicuri orang, diizinkan.
selang beberapa waktu kemudian datang lagi sebuah kapal Belanda, besar sekali, lalu karam. Kapten Jangkung pun meminta izin mengangkut barang-barang yang ada di kapal itu ke dalam gudangnya. ya diizinkan.

tidak membutuhkan tempo lama setelah kemudian terjadi penggempuran dan pembakaran keraton Pangeran Jaketra.

tulisan nama Kapten Jangkung adalah:
Jan Coen.
dan nama lengkapnya adalah Jan Pieterszoon Coen

Monday, December 6, 2010

dan cerita pun berlalu

Seperti hal nya:

“sebuah kejahatan terjadi bukan hanya karena adanya niat dari si pelaku, tetapi juga karena adanya kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!”

Sebuah pernyataan yang selama ini sangat saya amini.

Ternyata, begitupun sebuah keberhasilan.


Sudah lama saya tidak membagikan cerita-cerita saya pada tulisan, dan cerita pun berlalu.

Pentas Papermoon Puppet Theatre yang membuat saya extend untuk berbulan-bulan lagi setelah masa magang saya di LIP usai, selesai pula.

:]

Senang? Ya, Pastinya. Apalagi kerja keras selama ini membuahkan hasil.


Segala suka, duka, lelah, sedih, tawa, bekas-bekas memar terantuk kayu, kebodohan-kebodohan, debatan-debatan, nada tinggi, dan apapun itu lah, semuanya, terbayar sudah.


Pentas usai.

Tanggal 1, 2, dan 3 desember sudah lewat melerai.

Panggung itu sudah diusung kembali setelah meraja, selama kurang lebih 4 hari.

Para penonton menyuarakan apresiasi,

Para wartawan menuliskan laporan, menuntaskan yang mereka kaji.


Pementasan “Mwathirika” berhasil menyentuh banyak orang.

Alhamdulillah.

Membuat kami merasa apa yang kami kerjakan selama berbulan-bulan dan bukan tanpa pengorbanan ini, tidak sia-sia.


Saya sendiri secara pribadi merasa sangat bersyukur bisa ada di tengah-tengah Mwathirika ini.

Pun merasa sangat berterimakasih, sudah diberi kesempatan yang luar biasa besar ini untuk memainkan karakter Tupu.


Seperti hal nya:

“sebuah kejahatan terjadi bukan hanya karena adanya niat dari si pelaku, tetapi juga karena adanya kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!”


Begitupun sebuah keberhasilan.


Terimakasih Papermoon Puppet Theatre,

Terimakasih Mba Ria, Mas Iwan,

Terimakasih teman-teman sesama pemain dan hampir pemain: Umi Wa, Mas Grewo, Beni, Mas Okto, Elga

Terimakasih Tim Produksi: Frau Aniek, Dek Yoyok

Terimakasih pembuat kreasi kostum: Teh Gea

Terimakasih stage manager: Mas Vindra

Terimakasih penata musik: Mas Yennu

Terimakasih penata video dan animasi: Mas Mamad

Terimakasih penata lampu: Mas Banjar, Mas Sugeng

Terimakasih fotografer handal: sejoli Teh Hera dan Mas Indra

Terimakasih adik-adik temannya Dek Yoyok: Wulang Sunu dan temannya


Terimakasih teman-teman yang sudah hadir, menonton dengan ikhlas,

Terimakasih energi yang sudah kalian berikan untuk pementasan ini dan percaya pada kami.


Terimakasih Seterhen Akbar yang menyalakan semangat saya :}


Terimakasih Tupu yang sudah “berbagi” dengan saya selama pementasan ini.


Terimakasih Ibu dan Bapak yang karena doa kalian saya punya kesempatan bertemu pengalaman hebat ini dalam persimpangan jalan hidup saya.


Semoga ke depan, saya akan berkesempatan bertemu pengalaman-pengalaman yang tidak kalah serunya :D tomato yeah!


*Lebih lengkap mengenai Mwathirika

Lebih lengkap tentang Papermoon Puppet Theatre

Lebih lengkap tentang Mba Ria

Totto-chan: Sebuah Ulasan

Segera setelah adegan terakhir Totto-chan membuka pintu kereta yang masih berjalan sambil menggendong adik perempuannya yang masih bayi, lal...